02.43

Pubertas Dini, Ancaman Bagi Keselamatan Remaja?

KapanLagi.com - Menurut sebuah penelitian baru-baru ini, anak remaja yang lebih cepat dewasa atau matang sebelum waktunya, ternyata lebih beresiko untuk terlibat dalam perkelahian bahkan menjadi korban kekerasan, seperti ditusuk atau ditembak.

Menurut Dr. Alex Piquero, seorang pakar kriminologi dari Universitas Florida yang sekaligus menjabat sebagai ketua proyek penelitian itu, proses menuju pubertas (kedewasaan) yang terlalu dini menyebabkan seorang anak terdorong untuk bergabung dalam lingkungan sosial atau pergaulan yang belum layak dia masuki.

Dia menambahkan, anak-anak yang terlalu cepat dewasa itu biasanya akan lebih cepat belajar bersosialisasi secara akrab dengan lawan jenisnya, serta lebih memilih berkawan dengan remaja yang lebih tua, lebih besar, serta lebih kuat dibandingkan dengan anak-anak lain yang tidak mengalami gejala kelainan fisik tersebut.


Akibatnya, anak-anak yang lebih cepat "puber" itu cenderung beresiko mengalami depresi, gangguan perilaku, serta beragam kelainan psikologis lainnya, termasuk resiko mengalami kekerasan fisik dari orang-orang yang lebih tua dan lebih kuat darinya.

Hasil penelitian itu diambil berdasarkan pengamatan terhadap 7000 sampel anak-anak berusia 11 hingga 15 tahun, yang diambil dari 132 sekolah di seluruh wilayah Amerika Serikat. Dr. Picero dibantu rekannya, Dr. Dana L. Haynie dari Universitas Negeri Ohio, mula-mula mengidentifikasi para murid yang sudah mengalami pubertas di tahun 1995 kemudian mulai menyelidiki pengalaman kekerasan fisik yang mereka alami pada tahun-tahun berikutnya.

Secara garis besar, remaja yang lebih cepat dewasa - yang bisa diidentifikasi dari fisik mereka yang terlihat lebih tua dibanding remaja lainnya - ternyata memiliki resiko yang lebih besar untuk terlibat dalam perkelahian fisik, serta juga pernah ditodong dengan pisau bahkan terancam ditembak dengan pistol, dibanding remaja lain yang lebih normal. Ini biasanya terjadi di kalangan remaja laki-laki.

Namun, hal serupa justru tidak terlihat pada anak-anak perempuan yang lebih cepat mengalami pubertas. Menurut hasil penelitian tersebut, justru tak ada satu pun remaja putri yang mengalami kekerasan secara fisik seperti halnya yang dialami oleh remaja laki-laki. Selain perilaku mereka jauh berbeda, remaja perempuan yang lebih cepat "puber" justru memiliki jauh lebih banyak teman yang lebih dewasa dibandingkan dengan remaja laki-laki.

Tapi bagaimanapun juga, bersosialisasi dengan remaja yang lebih tua secara psikologis membawa dampak yang sama-sama berat baik bagi remaja perempuan atau remaja laki-laki, sebab mereka memang belum cukup matang secara emosional untuk mengatasi masalah yang dihadapi. Meskipun anak berusia 13 tahun sudah berani bergaul dengan anak berusia 16 tahun, namun bukan berarti mereka juga memiliki tingkat pemikiran yang sama dengan anak-anak berusia 16 tahun.

Namun tak semua anak-anak yang lebih cepat "puber" beresiko mengalami kekerasan fisik. Sebanyak 74% anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga berpendidikan tinggi serta lebih akrab dengan orang tuanya, ternyata mengalami lebih sedikit kekerasan fisik dibandingkan remaja yang tidak. Anak-anak kulit putih juga cenderung lebih sedikit menjadi korban kekerasan fisik dibanding ras lainnya di Amerika Serikat.

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, Dr. Piquero menyarankan pada segenap orangtua supaya lebih waspada terhadap dampak negatif yang mungkin ditimbulkan dari kasus pubertas dini terhadap anak-anak mereka. Dalam hal ini, pendampingan orangtua sangat dibutuhkan oleh remaja menuju tahap kedewasaan, dan hal itu haruslah dimulai pada saat mereka mulai mengalami tanda-tanda pubertas.

Para remaja tersebut haruslah dibekali pengetahuan yang cukup, sehingga mereka paham akan konsekuensi dari pergaulan dengan orang-orang yang lebih tua dibanding usianya, atau saat berinteraksi dengan lawan jenis mereka. Dalam hal ini, para orangtua sebaiknya mempersiapkan bekal terbaik bagi anak-anak mereka untuk menghadapi hal seperti itu, ketimbang berusaha menjauhkan mereka dari lingkungan pergaulannya. (cnn/reuters/dni)

Sourch : kapanlagi.com
02.39

Tips Atasi Masalah Pubertas

Pada anak perempuan, pubertas biasanya terjadi pada sekitar umur 11 tahun, anak laki-laki sekitar umur 12 tahun. Pubertas menyebabkan berbagai perubahan hormonal pada anak-anak yang mungkin sulit mereka atasi. Berikut ini adalah saran dari American Academy of Physicians untuk membantu anak melewati pubertas.
Berikut ini beberapa tipsnya :

Coba bantu anak meningkatkan self esteem ( rasa senang menjadi diri sendiri ). Jelaskan bahwa semua orang beda dan perubahan juga terjadi secara berbeda. Bahwa anda sayang kepadanya seperti dirinya apa adanya.
Jelaskan kepada anak anda, bahwa apa yang terjadi padanya adalah normal.
Katakan kepada anak anda, bahwa anda akan membantu jika dia mengalami masalah fisik ataupun emosional.
Atur janji dengan dokter keluarga atau konselor jika anda menduga anak anda sulit menyesuaikan diri secara emosional ataupun secara fisik.